Kamis, 03 Juli 2014

Naftalena

NAFTALENA

          Naftalena atau yang sehari hari kita kenal sebagai kamper, dihasilkan dari ter batubara yang digunakan sebagai senyawa antara lain dalam sintesis bahan kimia, dan dalam rumah tangga digunakan sebagai anti-ngengat dalam lemari pakaian.
         Naftalena menyebabkan hemolisis, selanjutnya terjadi blokade tubula ginjalyang disebabkan oleh pengendapan hemoglobin. hemolisi terjadi pada pernderita yang karana faktor keturunan kekurangan glukosa-6-fosfat dehidrogenase dalam sel darah merah, sahingga kadar glutasi yang tereduksi menjadi rendah dan meningkatkan kepekaan terjadinya hemolisis terhadap metabolit naftalena. selain itu, naftalena sangat berbahaya bagi anak - anak sampai usia 6 tahun karena dengan cepat akan diabsorpsi. akibat kercunan naftalena, terutama hemolisis, ikterus, oliguria, dan konvulsi. dosis fatal per oral kira - kira 2 g, dan batas paparannya adalah 10 ppm.

         Gejala Klinis 
1. Keracunan akut
    Melalui mulut:
mual, muntah, diare, hematuria, anemia, ikterus, rasa sakit pada waktu buang air kecil sampai oliguri atau anuria. pada keracunan lebih parah dapat menyebabkan kegelisahan yang berlebihan, koma, dan konvulsi.
Melalui inhalasi:
gejala yang timbul antara lain kebingungan mental dan gangguan penglihatan. dosis tinggi uap naftalena dapat mengakibatkan lensa mata menjadi buram.

2. Keracunan kronis
a. keracunan kronis melalui mulut berkali - kali dapat menyebabkan timbul gejala sperti pada keracunan akut.
b. kontaminasi kulit terus-menerus dapat menimbulkan dermatitis dangan gejala gatal, kulit merah, dan terkelupas.
c. kontaminasi mata akan menimbulkan iritasi dan luka.

       Tindakan pencegahan
perlu ventilasi ruangan yang cukup , jika bekerja dangan naftalena. secara periodik harus diperiksa mata, darah, dan urinenya.
       
       Tindakan penanggulangan
Tindakan gawat darurat:
keluarkan naftalena yang tertelan dengan upaya muntah atau penurasan lambung. atasi gejala yang dapat terjadi.

Tindakan umum:
1. berikan natrium bikarbonat 5g per oral, stiap 4 jam atau sesuai dangan kebutuhan agar urine menjadi alkali.
2. berikan cairan sampai 15 mL per kg per jam dangan ditambah furosemid 1 mg per kg agar pengeluaran urine maksimum untuk mencegah kerusakan ginjal karena endapan hemoglobin.
3. berikan transfusi darah berulang - ulang, sampai hemoglobin mencapai 60-80% dari normal.
4. hemolisi atau pertukaran transfusi dapat dilakukan jika timbul gejala karena efek kercunan yang berat pada sistem saraf pusat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar